Ini adalah jurnal mengenai perjalanan saya ke daerah-daerah di Indonesia. Saya tidak selalu berniat melakukan petualangan karena lebih sering saya melakukan perjalanan karena ditugaskan kantor saya. Dalam perjalanan itu, di waktu luang saya mencoba kekayaan masakan khas daerah tersebut.

Akhirnya, jurnal perjalanan ini menjadi sekedar jurnal icip-icip masakan nusantara. Saya tak begitu pandai menilai enak-atau tidaknya suatu masakan. Saya hanya bisa menggambarkannya saja. Masalah rasa enak atau tidak enak, saya tak berani mendikte lidah Anda. Lidah saya sendiri saja saya tak berani dikte.

Gastronomi adalah sebuah ilmu relasi antara makanan dan budaya. Bukan penilaian enak atau tidaknya. Saya makan bukan karena lezat (kalau begini biasanya saya menjadi gemuk dan tidak sehat). Bukan juga karena gaya hidup (yang membuat saya konsumtif hanya untuk makan apa yang orang lain makan).

Saya mencoba makanan khas daerah karena menikmati budaya. Makan adalah pengalaman. Not just eat it, experience it! Selamat makan!

Senin, 22 November 2010

Nasi Bekepor Warong Selera Acil Inun

Dulu di daerah Pakubuwono, Jakarta, ada rumah makan masakan Kutai Kalimantan Timur bernama Warong Selera Acil Inun. Rumah makan yang merupakan cabang dari Samarinda ini konon highly recommended. Tapi sayang, saya belum sempat makan di sana, rumah makan di Jakarta ini sudah tutup.

Ternyata beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan pergi ke Samarinda. Saya sempatkan untuk mencari pusatnya, di Jalan Kadrie Oening, Samarinda. Lumayan jauh dan terpencil, berbukit-bukit pula, di sebelah barat laut Samarinda. Serasa berjalan-jalan di Bukit Dago, Bandung, 15 tahun yang lalu dimana suara jangkrik masih bisa terdengar.

Tempatnya lumayan nyaman, seperti makan lesehan di pedesaan. Tidak terlalu ramai saat itu, tapi tamu datang silih berganti.

Menu di Warong Selera Acil Inun memakai bahasa daerah Kutai/Kalimantan Timur. Ikan disebut dengan Jukut. Ayam disebut dengan Manok. Biasanya ada 2 cara memasaknya, Sanga (digoreng) dan Tunu (dibakar). Jadi menu udang goreng misalkan, disebut dengan Udang Sanga, dan ayam bakar disebut dengan Manok Tunu. Untuk sayur, disebut dengan Gangan (orang Jawa menyebut Jangan). Berbagai macam menu lauk dan sayur pasti membuat kita bingung mau pesan apa.

Yang saya pesan adalah Nasi Bekepor. Nasi Bekepor adalah nasi liwet dengan campuran minyak sayur, rempah-rempah, dan potongan ikan asin. Untuk memesan ini saya harus menunggu 45 menit, karena menu ini made to order. Begitu ada orang yang pesan, baru mereka meliwet nasinya. Biasanya tamu yang mau makan nasi bekepor disarankan menelpon dulu sebelum datang. Tapi 45 menit penantian saya memang tidak mengecewakan. Sangat memuaskan malah, sampai saya makan nasi bekepor hanya dengan sambal dan melupakan lauk yang lain.

Saya pesan lauk tambahan, yaitu daging masak bumi hangus, dan sayur gangan asam kukar, Daging masak bumi hangus semacam daging bumbu kecap. Sedangkan gangan asam kukar adalah sayur harian yang hanya muncul di menu pada hari kamis. Tiap hari mereka berganti menu sayur. Gangan asam kukar adalah sejenis sayur asem, seperti pindang hanya jauh lebih berbumbu, dengan memakai kepala ikan dan ubi manis. Selalu mengasyikkan mencoba menu dengan kombinasi dan bumbu yang unik seperti ini.

Sambalnya juga tak kalah menarik. Sambalnya merah menggoda, tapi rasanya asam sekali, dengan campuran jeruk nipis. Rasa asam buat saya selalu menggugah selera makan.

Saran saya, ajak teman-teman beramai-ramai kalau datang ke restoran ini, Kalau hanya sendirian, niscaya Anda tak akan puas mencoba menu-menu lain. Menunya banyak, porsinya banyak, dan semuanya rata-rata menarik.

Menu kondang yang belum saya coba antara lain adalah sambal raja (sambal pedas dengan air jeruk nipis, terong, telur, udang bakar, dan ikan), bakwan jagung, rojak singkil (sayur dari daun singkil yang ada di hutan Kalimantan), sate payau (rusa), tumis pakis dan tumis genjer.

Sudah tidak kuat lagi kalau harus coba semua. Tapi menurut legenda, orang yang sudah pernah minum air sungai Mahakam, suatu saat akan kembali ke sana. Saya minum air teh, bukan air sungai. Tapi mungkin saja air teh itu diambil dari air sungai Mahakam.

Rumah makan ini adalah rumah makan yang paling berkesan dari semua tempat makan yang pernah saya kunjungi. Saya juga memberikan stempel: "HIGHLY RECOMMENDED". Cap!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar